Newest Post
// Posted by :Unknown
// On :Maandag 18 Maart 2013
Gedubrakkkkk..
“aduuuhhh, siaalllll” lagi – lagi Slamet jatuh dari kasur yang seakan –
akan itu telah menjadi tanda alarm yang slalu membuatnya terbangun dari
tidurnya. Aneh, yah memang aneh, dulu waktu dia pertama kali lahir dari
lobang ibunya (ingat lobang yang di bawah bukan lobang hidung ibunya)
bapaknya kasih dia nama ‘Slamet’ itu karena bapaknya berharap dia tumbuh
jadi anak yang beruntung, tapi entah aura apa yang slalu menaunginya
sampai dia untuk bangun dari tidur aja slalu sial ‘Hahahahaa’.
Pagi
itu setelah dia terjatuh dari tempat tidurnya, dia langsung beranjak ke
kamar mandi. Di tempat yang kata anak muda zaman sekarang itu tempat
bergalau karena di kamar mandi terdapat shower
sebuah alat paten yang biasa digunakan anak muda untuk mengobati rasa
galaunya itu Slamet hanya melakukan kebiasaannya setiap kali dia mandi,
yaitu: hanya bergosok gigi dan membersihkan muka dengan pembersih muka
saja. Dia slalu beranggapan bahwa mandinya seorang lelaki itu yah cuma
gosok gigi dan membersihkan muka saja, jadi yah apa bedanya dengan
kebiasaan yang slalu dia lakukan, menurut dia hanya yang membedakannya
adalah dia tidak membasuh badannya dengan air. Menurut pendapatnya dia
gak terbiasa membasuh badannya dengan air.
“heeh Slamet” sentak bokapnya yang datang tiba – tiba.
Slamet yang merasa kaget dengan reflex dia berkata “aduh jantung gue copot”
“tumben kamu jam segini mandi? Biasanya kan kamu mandinya nunggu matahari ada di atas ubun – ubun (baca, siang)”
“biasa pak hari minggu, mau main sama temen” balas Slamet.
Hari
ini Slamet dan empat kawan ingin pergi bermain ke kota Jakarta, sekedar
ingin bermain ke tempat yang ramai di kunjungi orang (setau geu sih
Jakarta emang udah rame?? =_=” ). Dia dan empat temannya yang bernama
Sopyan, Haris, Dadang, dan Budi (ini bukan Budi yang biasa anak SD sebut
kalau lagi belajar baca, yaah!!!) pergi dengan menggunakan jasa kereta
api.
“hei, sob kenapa kita gak pergi naik bus aja daripada naik kereta?” sahut Haris.
“heeh
ris, naik kereta itu banyak seninya. Didalam loe bisa ngobrol sama
penumpang, loe bisa godain mbak – mbak yang jualan, dan kalau loe
beruntung bisa cari cewek didalam kereta. Gak kaya naik bus, cuma bisa
duduk rapih, yang ada gue malah tidur. Jadi, gak ada seninya sob” terang Slamet.
“bener noh ris, udah lah naik kereta aja” sambung Dadang.
Dan akhirnya mereka berlima pun pergi dengan menggunakan kereta yang menuju Jakarta.
Didalam
kereta sudah penuh sesak dengan penumpang yang ingin beraktivitas, baik
yang ingin pergi beraktivitas ke kota Jakarta maupun hanya sekedar
bermain sama seperti yang mereka lakukan. “sob mending berdiri di
sambungan aja, percuma masuk kedalam gerbong gak akan dapet tempat
duduk” ajak Slamet pada teman yang lainnya. Mereka berlima pun memenuhi
sambungan kereta yang secara tidak langsung merupakan jalan lalu lintas
para penumpang lain yang ingin berpindah gerbong ke gerbong yang
lainnya.
Sesaat
setelah kereta melalui beberapa stasiun, Sopyan yang berdiri tepat
berhadapan dengan Dadang merasa gelisah. “sumpah, gue udah kaya orag
pacaran aja sama si Dadang. Liat posisi gue (berdiri berhadapan seperti
pasangan yang sedang bersiap untuk ciuman) gak gue banget”.
“najis loe yan, emang gue nafsu sama loe?” bantah Dadang.
“udah – udah liat Slamet sama Budi, anteng bener dengan posisi mesra gtu” Haris menyelah.
“kekes bud. Hahahahaaa” tambahnya.
Budi yang merasa posisinya dengan Slamet
keliat aneh langsung menghentakan tangan Slamet yang bertopang pada
dinding kereta yang tepat di bahunya sambil berkata “anjiir loe met”.
Slamet
yang merasa kaget tanpa sengaja bibirnya menyentuh pipi mbak – mbak
yang jualan nasi merah yang berdiri tepat di sebelah dia dan Budi.
“astaghfirullah..” reflex Slamet, “maaf mbak gak sengaja”.
“sengaja juga gak apa – apa kok” jawab mbak penjual.
“pindah – pindah sob, jangan disini berdirinya. Sumpah, gak aman posisinya” tambah Slamet pada temannya.
Mereka pun pindah mencari tempat yang lain.
Dan
akhirnya mereka memutuskan berpisah, Haris dan Sopyan memilih berdiri
didekat pintu kereta, Budi dan Dadang memilih masuk agak kedalam
gerbong, dan Slamet hanya berdiri didepan pintu kamar mandi. Dan
akhirnya mereka sampai di stasiun Serpong, yang artinya cuma beberapa
stasiun lagi mereka sampai pada tujuan.
“ris liat tuh ada cewek di atas gedung, lagi liat kesini. Pasti dia lagi manggil bokapnya trus bilang ‘ayah – ayah ada orang ganteng tuh di kereta’ “. Terang Sopyan.
“wew, paling juga bokapnya bilang ‘aah, salah liat kali’ ”. Jawab Haris.
Tanpa disadari Haris, Dadang, Budi, dan Sopyan,
ternyata Slamet yang sudah pindah berdiri di seberang pintu kamar mandi
ternyata di hampiri seorang cewek cantik yang baru naik ketika di
stasiun Serpong tadi.
“khhmmm, hajar met” teriak Budi yang meliat posisi Slamet sangat menguntungkan, bagai dapat durian runtuh.
Slamet yang lugu dan polos itu
pun hanya terdiam dan bergetar karena posisinya yang berpulukkan dengan
cewek itu, yang hanya dibatasi tas yang di gendongnya.
Dan akhirnya cewek itu pun turun di stasiun berikutnya.
“woy cah, awas kaki loe tuh, jangan keluar pintu” sahut polisi yang bertugas menjaga di dalam kereta pada Haris.
“liat ris, awas wooyyy!!!” teriak Sopyan.
‘Wwwusssshhhhtttttttttttttt’
“selamet, selamet, hampir aja kaki gue putus nih yan”
“itu kan namaaaa guee rissss” teriak Slamet.
Akhirnya
mereka pun tiba di stasiun kota di Jakarta. Dan bergegas turun dari
kereta yang memberikan berbagai macam seni didalamnya.
“sumpah,
lain kali gue gak bakal naik kereta lagi. Hampir aja kaki gue putus”
kata terakhir yang di lontarkan Haris yang kecewa dengan kejadian di
kereta saat di stasiun.